Parahnya hal ini sedikit banyaknya membawa suatu hal yang tadinya lazim menjadi tak lazim. Kita contohkan saja Google yang saat ini menjadi search engine handal. Google merupakan website pencari informasi yang terkenal hampir di seluruh dunia. Sedikit flashback Google ini di ciptakan oleh Sergey Brin dan Larry Page -dua mahasiswa Stanford di Palo Alto. Ejaan dari googel sebenarnya “googol” yang berarti 10¹ºº. Dimana setiap harinya mereka mampu mencari 10,000 search dan berhasil merekam 24 juta situs web.
Dengan adanya kecanggihan ini mulai hadir sisi fositif dan negatif. Dari sudut positif menurut hemat saya, saat ini setiap orang yang sudah mampu mengadopsi internet setidaknya akan lebih mudah mendapat beragam informasi. Sebelum google berkembang, segala informasi itu hanya sebatas ditemukan melalui buku atau juga media cetak. Sedangkan sudut negatifnya, dikarenakan fasilitas teknologi seperti ini, membuat masyarakat tidak mau lagi membaca. Dikarenakan semua hal bisa secara instant diperoleh melalui mesin pencari informasi tersebut.
Dampaknya teknologi semakin besar tingkat persentasenya dengan kategori sebagi kebutuhan pokok. Segala hal bisa dilakukan melalui kecanggihan gadget. Dan hasrat malas juga semakin besar hinggap dalam pribadi pengkonsumsi search engine.
Sebenarnya cukup bangga teruntuk Brin dan juga King yang telah mampu menghadirkan suatu kecanggihan teknologi. Tapi, lebih bangga lagi jika para user situs itu mampu bersikap lebih bijak. Ketika kita telah meraih informasi setidaknya kita imbangi dengan banyak membaca buku. Karena tak semua informasi yang ada di buku-buku pintar di adopsi oleh mesin pencari informasi seperti google. Sehingga pemikiran setiap manusia itu akan menjadi lebih berwarna. Tak hanya di peroleh dari intenet tapi juga diperoleh dari bacaan-bacaan yang menunjang.
Tak hanya Google, banyak situs-situs baru yang saat ini menjadi - seolah-olah- kebutuhan pokok setiap manusia. Facebook dan Twitter misalnya. Andreas Harsono –mantan wartawan The Jakarta Pos- mengatakan ketiga hal tersebut merupakan salah bentuk daripada New media. Dimana dengan keberadaan New Media, bisa membuat setiap manusia itu lebih berekspresi. Segala sesuatunya juga bisa menjadi ajang informasi dan bahkan bertukar pikiran antar sesama.
Keberadaan new media memang membuat kita menjadi lebih mudah. Untuk mendapatkan informasi tak harus bersusah terlebih dahulu. Bahkan Pidato kandidat Obama pun dapat kita lihat di salah situs seperti You Tube dan komunikasi dengan pemilih juga dibangun melalui Facebook. Karena mudahnya hal-hal negatif banyak di simpang siurkan melalui new medi. Kita contohkan saja dimana para pengguna facebook di Indonesia menjadikan situs jejaring sosial tersebut sebagai ajang untuk kegiatan prostitusi.
Apa teknologi seperti ini layak menjadi kebutuhan pokok banyak orang? Hal ini akan menjadi layak apabila para pemakai kebutuhan itu mampu bersikap berimbang dan cerdas. Berimbang disini selain mendapatkan informasi melalui kecanggihan teknologi mereka juga harus rajin membaca buku. Dan cerdas dalam konteks ini setidaknya membuat setiap manusia itu mampu berfikir lebih maju dan terbuka. Dengan adanya informasi yang beragam tersebut, para pengguna diharapkan mampu membangun sebuah diskusi yang memiliki nilai pendidikan.
Akhirnya semua informasi yang di peroleh akan menjadi sebuah kabar baik bagi kita semua jika kita bias berimbang. Apabila ada kita menemukan beberapa informasi yang kurang jelas esensinya, kita harus bisa mengupasnya dengan mencari tahu. Karena “Bad news is not a good news”. Jangan sampai karena informasi yang buruk membuat kita menjadi ikut-ikutan bersikap buruk.