Endra : “Ketika Kita Berkarya Harus Mempunyai Karakter, Pemikiran dan Keunikan”

Bentuknya pendek
Dibalut kulit tebal berwarna cokelat
Ketika dikelupas, kulit berwarna kemerah-merahan terlihat
Semakin dalam, terlihat tubuhnya yang putih
Memancarkan kebersihan
Kebersihan dari sebuah tanaman yang sederhana
Dilontar tanpa arah, dengan bebasnya berkembang
Sederhana sekali hidupnya
Ini adalah cerita sebuah singkong
Sebuah singkong yang telah memberi sebuah prestasi

SEDERHANA tetapi mampu berbicara global. Itulah kesan yang pertama kali hinggap dari diri seorang Endra. Pria kelahiran 8 September 1980 ini sehari-harinya berprofesi sebagai seniman rupa. Perawakannya sangat nyantai. Begitu ia mulai bertutur mengenai lukisan, wajahnya sumringah.

Berkat memilih singkong sebagai subject maker lukisan. Akhirnya 2009 lalu ia mendapat penghargaan berkelas dari UNESCO dengan lukisannya yang bertajuk “Telobudur”.

Tepat 8 Agustus 2009 ia mendirikan sebuah galeri bernama Lindi Fine Art Gallery. Hal ini tercetus dikarenakan kesedihannya terhadap peminat senirupa di kota Medan. Banyak sebenarnya muda-mudi Medan berkompeten. Tetapi minimnya wadah membuat kemampuan terhambat. Inilah latar belakang daripada berdirinya Lindi Fine Art Gallery itu.

Sebelum Lindi Fine Art Gallery hadir, ia telah membuka dua buah galeri A1. Satu di Bali dan satu laginya ada di Atrium Unilan Medan. Dikatakan galeri A1, karena galerinya tak memiliki dinding.

Beragam akitivitas pada galeri –Lindi Fine Art Gallery- itu. Sebut saja seperti home scooling, konsultasi, practical dan sharing. Semua dirangkum guna melahirkan perupa-perupa kota Medan yang dapat menghasilkan karya berkualitas.

Pria lajang berambut gondrong itu memiliki sebuah mimpi yang sederhana. Sebuah mimpi untuk memajukan kota Medan melalui seni rupa. Hampir 3500 karya yang telah dihasilkan Endra. 29 september 2009 lalu, ia menghelat sebuah pameran bertajuk 999. Langkah awal dari prestasinya yang gemilang

IA TAMATAN Universitas Negeri Medan (UNIMED) jurusan seni rupa pada tahun 2006. Bakat seni rupa telah terlihat sejak ia berusia lima tahun. Ayah dan ibunya bukanlah golongan keluarga yang menyukai lukisan. Musik menjadi pilihan keduanya. “Walaupun mereka senang dengan musik, musik adalah bagian dari seni seperti halnya melukis. Dan jiwa seni yang saya miliki kurang lebih dari mereka jugalah,” beber Endra

Massa kecilnya sangat menyukai hujan. Ketika hujan berhenti, maka pasir di depan rumah akan menjadi bersih. Dengan wadah pasir, ia mulai menggambar asal. Tak hanya di pasir. Daun dan pohon kunjung menjadi alat percobaanya untuk melukis. Kecintaanya dengan melukis semakin terlihat, ketika teman Sekolah Dasar (SD) meminta dirinya untuk menggambar tokoh Ramboo.

Lihai sekali goresan pensil itu menari-nari di kertas putih bersih. Hasilnya pun memuaskan. Teman-temannya terpana melihat keahlian sang teman, Endra. Sungguh luar biasa dibenak mereka. Kemahiran Endra semakin terlihat ketika ia berhasil meraih juara satu dalam ajang lomba melukispadamasa SD.

Bagi seorang Endra setiap pelukis harus memiliki karakter, pemikiran dan keunikan. Tiga hal itu yang akan membuat nilai lebih dari setiap seniman rupa. “Indonesia banyak melahirkan seniman. Tetapi mereka tidak memiliki ciri khas. Tak heran mereka hanya menjadi ahli gambar saja,” paparnya.

Pemikirannya yang unik berbuah manis. Berkat sebuah singkong, ia banyak meraih prestasi. Ditangan Endra, singkong berubah fungsi. Dari sebuah panganan gurih yang nikmat berubah menjadi sebuah cerita melalui polesan banyak warna. Ada tujuan di balik singkong-singkong tersebut. Endra mengajak kita semua untuk mampu melihat apa sebenarnya yang terjadi di balik singkong.

Ada muatan pesan yang ingin disampaikan Endra dalam setiap lukisan singkongnya. Bahwa kejujuranpun tidak bisa di sembunyikan dibalik sebuah kulit singkong. Kulit arinya yang tebal tetap tidak bisa menutupi badan singkong yang putih. Ringkasnya, kejujuran akan tetap terungkap walau dengan cara apapun untuk ditutupi.

Dengan singkong ia banyak menuai karya. Yang terkenal saat ini adalah Telobudur, loving singkong, haji ubi, nature calls dan legislatif. Semua karya ini pernah dipamerkan di galeri nasional Jakarta.

Kreativitas telah mebawa seorang Endra berhasil. Pria kelahiran Kisaran ini awalnya ingin menjadi penerbang. Tetapi, garis tuhan berkata lain. Gambar-gambar yang dihasilkan oleh Endra tak muluk agar masyarakat Medan bisa terinspirasi. Bahwasanya suatu hal yang sederhana bisa mencuat secara luas.

Disetiap lukisannya ia selalu membuhi kata “endrA”. Selain menjadi seniman lukis, Endra juga pernah berkelut sebagai sutradara teater, penata artistik bahkan make-up artis. Bodyface painting dan tato temporer juga menjadi keahliannya. Tepat acara puncak Pesta Danau Toba tahun 2010, Endra pun menghelat aksi Buffalo Body Painting yang memukau.
Tags: ,

About author

Curabitur at est vel odio aliquam fermentum in vel tortor. Aliquam eget laoreet metus. Quisque auctor dolor fermentum nisi imperdiet vel placerat purus convallis.